Sebuah video menghebohkan sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat seorang ayah yang marah dan memarahi anak perempuannya. Video tersebut menjadi viral karena mengungkapkan aksi anak tersebut yang tengah bermain Roleplay (RP) di aplikasi TikTok.
Ternyata, alasan kemarahan sang ayah tidaklah tanpa sebab. Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa sang anak terlibat dalam RP dengan sejumlah pengguna TikTok yang bahkan tidak dikenalnya. Yang membuat situasinya semakin serius, konten RP yang dilakukan oleh anak tersebut sudah memiliki unsur-unsur yang berbau dewasa.
Ketika video tersebut tersebar luas di media sosial, banyak netizen yang bereaksi beragam. Ada yang mendukung sikap sang ayah dalam mengingatkan anaknya, sementara yang lain menganggapnya terlalu berlebihan. Namun, apa yang sebenarnya menjadi latar belakang kemarahan sang ayah?
Menurut beberapa sumber terpercaya, sang ayah merasa khawatir dengan kegiatan anaknya di platform TikTok. Ia merasa anaknya terlibat dalam situasi yang berbahaya dengan berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal secara langsung. Sang ayah juga merasa prihatin dengan konten RP yang berbau dewasa yang dilakukan anaknya, mengingat usia anak tersebut yang masih belum cukup matang untuk memahami konten semacam itu.
Reaksi sang ayah yang terekam dalam video tersebut menunjukkan rasa kekhawatiran dan kecemasannya sebagai seorang ayah. Video tersebut menjadi peringatan bagi para orangtua untuk memantau dan mengawasi aktivitas online anak-anak mereka, terutama ketika terlibat dalam platform media sosial yang dapat memungkinkan interaksi dengan orang asing.
Pentingnya pendampingan dan pengawasan orangtua dalam menggunakan teknologi menjadi sorotan dari kasus ini. Kondisi seperti ini juga harus menjadi pengingat bagi anak-anak untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam berinteraksi di dunia maya. Edukasi tentang penggunaan yang aman dan bertanggung jawab terhadap media sosial harus diberikan kepada anak-anak sejak dini.
Kasus ini juga memicu diskusi tentang perlunya tindakan lebih lanjut dari pihak platform media sosial, seperti TikTok, untuk meningkatkan sistem pengawasan terhadap konten yang tidak pantas dan melindungi pengguna termasuk anak-anak. Dalam rangka menjaga keamanan dan kesejahteraan pengguna, peran aktif dari pihak berwenang dan para orangtua sangat penting dalam menciptakan lingkungan online yang aman bagi anak-anak.
Semoga kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa penggunaan media sosial harus diiringi dengan kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi. Dan yang tak kalah penting, peran serta orangtua dalam mendampingi anak-anak dalam menggunakan teknologi harus terus ditingkatkan untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan mereka di dunia maya.
Baca juga:
Lalu apa itu RolePlay ?
Roleplay, atau disingkat RP, adalah kegiatan di mana seseorang berperan sebagai karakter atau tokoh tertentu dalam sebuah simulasi atau permainan. Dalam konteks media sosial seperti TikTok, roleplay sering kali mengacu pada pembuatan konten video di mana pengguna berperan sebagai karakter fiktif atau mengadopsi identitas dan perilaku tertentu.
Dalam roleplay di TikTok, pengguna dapat berperan sebagai karakter dari film, serial televisi, buku, atau permainan video yang terkenal. Mereka mencoba menirukan perilaku, berbicara seperti karakter tersebut, dan membuat video yang menggambarkan situasi atau skenario yang melibatkan karakter tersebut.
Baca juga:
Roleplay dapat menjadi sarana hiburan dan kreativitas bagi pengguna media sosial. Mereka dapat mengembangkan keterampilan akting, mengasah imajinasi, dan terlibat dalam interaksi dengan pengguna lain yang tertarik pada peran yang sama atau memiliki skenario yang saling terkait.
Namun, penting untuk diingat bahwa dalam melakukan roleplay di media sosial, terutama di platform yang banyak diakses oleh anak-anak dan remaja, konten yang diproduksi harus tetap memperhatikan batasan-batasan tertentu. Konten RP yang berbau dewasa atau melibatkan interaksi yang tidak pantas dapat memicu kekhawatiran dan kritik dari orangtua serta masyarakat umum.
Oleh karena itu, pengguna media sosial, terutama mereka yang terlibat dalam roleplay, perlu memperhatikan etika, batasan umur, dan memastikan bahwa konten yang dihasilkan sesuai dengan pedoman dan kebijakan platform yang digunakan. Selain itu, pengawasan dan pendampingan orangtua juga penting dalam membantu anak-anak memahami dan menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab.